Jumat, 27 Januari 2012

aku... dan mimpiku

pengalaman dan kenangan... yupz.... selama kuliah ini dah banyak bgt pengalaman dan kenangan yg udah aq terima... mulai dari konsep2 materi baru tentang sejarah (awalny q kurang ngeh eh tp skg dah mulai easy going ajah bwtd kuliah).... pengalaman keliling k candi2 yg ada d jawatengah dan jogja.... terus gg ketinggalan ma candi2 yg ada d jawatimur.... mimpikuh kali ini pengen ngunjungi candi yg ada di sumatra ma di jawabarat... hehehehhe.... kupikir kupikir kuliah tuh enak gg twnya... berat..... berat tanggungjawabnya tentunta

Sabtu, 12 November 2011

RIZQIE SEJARAH UNESA

1.      Dalam kritik terdapat 2 langkah yang berbeda untuk mengetahui apakah sumber itu asli dan isinya telah teruji kevaliditasannya, 2 langkah kritik tersebut adalah kritik ekstern dan kritik intern. Perbedaan antara kritik ekstern dan kritik intern adalah terletak pada hal yang diuji serta langkah-langkah dalam mengujinya. Pada kritik ekstern, dilakukan pengujia terhadap autentisitas atau keaslian sumber. Hal tersebut untuk mendapatkan kepastian apakah suatu dokumen itu memang asli, turunan dari dokumen yang asli,  atau dokumen yang telah dipalsukan baik sebagian atau seluruhnya. Sedngkan pada kritik intern dilakukan pengujian terhadap kesahihan sumber untuk menetapkan kredibilitas suatu sumber sejarah.

Untuk menmbuktikan keduanya dapat dilakukan dengan cara, yaitu pada kritik ekstern dilakukan pengujian atau seleksi dari segi fisik dari sumber yang ditemukan. Misalnya jika sumber itu berupa dokumen tertulis maka yang harus diteliti seperti kertas, tinta yang dipakai, gaya tulisan, bahasa, kalimat atau ungkapan, kata-katanya, hurufnya, dll. Lalu diikuti dengan langkah-langkah  menerka tanggal dari dokumen yang diselidikinya. Hal ini berguna untuk mengetahui apakah sumber tersebut anakronistik atau tidak. Lalu peneliti juga perlu menetapkan tempat dimana tempat pembuatan suber tersebut, siapa yang membuat dan atas perintah siapa, serta dari bahan apa sumber itu dibuat. Hal ini dapat disebut sebagai mengindentifikasi sumber.

Untuk mengetahui tempat pembuatan sumber peneliti haruslah mengetahui asal-usul dan lokasi pembuatan sumber karena dimungkinkan tempat pembuatan sumber dengan tempat penyimpanannya adalah tidak selalu sama. Siapa yang membuat sumber tersebut dapat digunakan untuk mencari hubungannya dengan situasi saat itu, misalnya raja yang memerintah, keadaan daerah pada saat itu, dll. Untuk masalah arti dapat digunakan semantic dan hermeunitik. Selain itu peneliti juga menentukan historical-mindedness.

Tentunya peneliti telah melakukan kegiatan restorasi teks dengan mengumpulkan sebanyak mungkin salinan dari teks yang diragukan atau diteliti kemudian mengelompokkannya ke dalam grup-grup tertentu sesuai dengan kemiripan satu sama lain lalu diidentifikasi. Peneliti jiga dapat menggunakan ilmu bantu sejarah serta kronologi sebagai ilmu bantu.

Sedangkan pada kritik intern peneliti melakukan analisa terhadap isi sumber dengan langkah-langkah melakukan hipotesa interogatif, pencarian terhadap detail khusus daripada kesaksian, melakukan identifikasi terhadap pengarang, menetapkan tanggal perkiraan dari sumber itu, melakukan penilaian pribadi terhadap sumber. Yang perlu dimiliki oleh peneliti adalah kemampuan untuk menyatakan kebenaran serta kemantapan dalam mengikuti aturan-aturan di dalam penelitian.

2.       Mengajarkan teknik-teknik sejarah yang disampaikan oleh Louis G. adalah sebagai berikut:
·         Seorang guru dapat mendorong muridnya dalam usaha mempelajari metode sejarah
·         Member tugas dan latihan tidak hanya berdasarkan teks bacaan.
·         Memberitahu sejak awal tentang bahay subyektifitas di dalam sejarah
·         Guru membantu dalam pemilihan subyek penelitian
·         Memberikan kritik terhadap hasil karya siswa dan juga mengajarkan atau memberikan latihan
·      Dapat menggunakan alat bantu bibliografi, mempelajari dan menggunakan bibliografi sebagai alat bantu dan berdiskusi dengan para ahli
·      Konsultasi lewat surat atau dengan wawancara terhadap para ahli sehingga dimungkinkan untuk mendapat informasi yang dicari
·         Melakukan latihan sebagai seorang editor hiptetis dan penyumbang hipotetis
·         Melakukan identifikasi dengan layak, menghindari penggunaan bahasa yang dibuat-buat
·         Menghindari uraian penang lebar tentang penulisan termasuk subyektifitas pengarang
Menurut pendapat saya, apa yang telah disebutkan oleh Louis G. telah baik tetapi dalam penjelasannya masih ada yang kurang yaitu ketika di dalam mengajarkan teknik-teknik sejarah hal yang penting bukan terletak dalam teori namun praktik di dalam sejarah itu sendiri. dengan melaksanakan praktikum secara langsung seseorang baik itu murid ataupun mahasiswa dapat lebih mengerti akan hakikat teknik-teknik sejarah. dan pengetahuannya tersebut dapat bertahan lebih lama karena tersimpan di dalam long memory bukan hanya sekadar hafalan yang tidak dapat bertahan lama.

3.     Cara yang paling baik bagi sejarawan untuk memberi sumbangan kepada usaha untuk mengerti mayarakat dan hubungannya dengan generalisasi sosial. Menemukan kontradiksi-kontradiksi dan perkecualian-perkecualian dalam generalisasi-generalisasi ilmu social.
Contohnya: pada perjuangan melawan Belanda dan pergerakan yang dilakukan oleh bangsa Indonesia pada masa lampau adalah untuk menuntut kemerdekaan yang telah terampas sejak adanya kolonisasi. Tetapi bagi Belanda apa yang telah dilakukan bangsa Indonesea merupakan sebuah upaya pemberontakan. Sehingga dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa apa yang dilakukanoleh pihak yang sedang dijajah adalah suatu usaha untuk memperoleh kembali kebebasannya sedangkan bagi pihak yang menjajah adalah upaya pemberontakan. Selain itu dapat pula dicontohkan dari peristiwa gerakan protes yang dilakukan petani di Banten.

4.  Intisari dari metode sejarah merupakan pedoman yang digunakan di dalam penelitian sejarah. Langkah-langkahnya adalah heuristic, kritik, interpretasi, dan historigrafi.
Heuristic adalah teknik pengumpulan sumber sejarah dimana peneliti melakukan pengumpulan sumber-sumber sejarah baik yang berupa tulisan ataupun lisan
Kritik yaitu pengujian terhadap data yang telah dikumpulkan untuk memeperoleh autentisitas dan kredibilitas  dari sumber yang telah dikumpulkan
Interpretasi adalah melakukan analisa  sejarah terhadap data yang telah dikumpulkan. Dalam proses ini, peneliti berusaha untuk mencapai pengertian faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya peristiwa.
Historigrafi adalah fase terakhir dalam metode sejarah. Pada fase ini peneliti berusaha untuk menuliskan apa yang telah didapatkannya menjadi sebuah  karya dengan penyajian penelitian secara garis besar terdiri atas 3 bagian yaitu pengantar, hasil penelitian, dan kesimpulan. Bagian pengantar terdiri dari   latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan kegunaan, ruang lingkup, tinjauan pustaka, teori dan knsep yang dipakai, metode penelitian, sistematika pembahasan. Hasil penelitian terdiri dari uraian dan pembahasan atas permasalahan yang sedang diteliti. Dan bagian kesimpulan berisi generalisasi yang telah diuraikan dalam bab-bab sebelumnya.


 PROPOSALKU:


PROPOSAL PENELITIAN SEJARAH

“Perkembangan Pembangunan Real Estat
di Surabaya Tahun”










Oleh
RIZQIE NOVITA SARI
KELAS B
094284038
                                                             

Jurusan Pendidikan Sejarah
Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Surabaya
2011




“Perkembangan Pembangunan Real Estat di Surabaya Tahun 1990-2000”
A.     Latar Belakang
Pembangunan real estat di Indonesia selalu mengalami perkembangan dari tahun ke tahun. Pembangunan tersebut baik dalam skala kecil maupun skala besar terutama di kota-kota besar di Indonesia. Tidak terkecuali di Surabaya, Surabaya sebagai salah satu kota besar sejak zaman kolonialisme di Indonesai memiliki pola pembangunan yang mengikuti zamannya. Hal ini terlihat dari peninggalan bangunan-bangunan Belanda di Surabaya yang menggambarkan perkembangan seni arsitektur di kawasan Surabaya pada zamannya. Perkembangan itulah yang masih berlanjut hingga sekarang, meskipun tidak dengan langgam ala kolonial.
Dengan jumlah lahan yang terbatas dan meningkatnya kadar polusi udara, seakan memaksa pengembang untuk selalu berinovasi dalam menjalankan usahanya untuk membangun sebuah kawasan real estat yang baru dan sesuai dengan kebutuhan manusia serta tak meninggalkan aspek-aspek lingkungannya.

B.     Rumusan Masalah
Permasalahan yang dibahas oleh peneliti adalah  bagaimana perkembangan pembangunan real estat di Surabaya dan bagaimana dampaknya dalam kehidupan sosial ekonomi di Surabaya?

C.     Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan pembagunan kawasan real estat di Surabaya dan dampaknya dalam kehidupan sosial ekonomi di Surabaya.

D.    Ruang Lingkup Penelitian
Berdasarkan judul, masalah yang dibahas akan dibatasi antara kurun waktu 1990-2000 dan hanya mengambil lokasi di wilayah Surabaya

E.     Metodologi Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah Metode Sejarah yang terdiri dari empat tahap, yaitu:
Tahap pertama adalah Heuristik yaitu mengumpulkan data-data dari berbagai sumber yang terdapat di badan arsip daerah, perpustakaan daerah, badab pengembangan real estat yang terkait, serta dapat pula berasal dari buku-buku yang terkait dengan judul.
Setelah semua data terkumpul, dilakukanlah kritik sumber. Kritik sumber terdisi dari dua langkah Kritik internal mengenai kebenaran suatu data yang diperoleh di lapangan, dan kritik eksternal.
Langkah selanjutnya setelah melakukan kritik terhadap data-data adalah melakukan interpretasi yaitu memberikan makna terhadap fakta sejarah yang telah ditemukan. Dan langkah terakhir adalah melakukan Historiogtafi, yaitu melakukan penulisan dari hasil penelitian.

F.      Sistematika Penulisan
Penulisan “Perkembangan Pembangunan Real Estat di Surabaya Tahun 1990-2000” akan ditulis dalam sebuah karya tulis yang dibagi menjadi:
BAB I Pendahuluan
Berisi latar belakang, batasan masalah, tujuan penelitian, dan metodologi penelitian.
BAB II Pembahasan
                        Berisi uraian tentang materi yang sedang dibahas, yaitu tentang perkembangan pembangunan real estat di Surabaya tahun 1990-2000. Pembahasan ini juga akan menyangkut tentang kehidupan sosial ekonomi Surabaya pada tahun tersebut. Sehingga dapat mengetahui perkembangan kehidupan masyarakat serta langgam bentuk perumahan pada real estat yang ada di Surabaya.
BAB III Penutup
Berisi Kesimpulan tentang generalisasi-generalisasi yang telah dibahas pada bab sebelumnya.

Minggu, 23 Oktober 2011

RIZQIE NOVITA UNESA

Komentar untuk kelompokVI

Materi yang disampaikan oleh kelompok VI menarik dutambah dengan penampilan mereka yg memang telah "siap", sehingga ketika presentasi mampu menarik perhatian audience... Kelompok VI terkihat kompak ketika ada anggota kelompok yang maju untuk mempresentasikan materi, anggota yang lain pun turut membantu dalam sesi tanya jawab... Good.... Kelompok VI mampu menginspirasi bagi teman2 sejarah 09 yang akan tampil (khususnya) untuk mempersiapkan diri sebaik mungkun,, dan dengan begitu tercipta iklim untuk berkompetisi (dalam hal yang baik tentunya)... dan membuat kemajuan untuk anak2 sejarah 2009 agar dapat semakin lebih baik lagi.....

Sabtu, 22 Oktober 2011

Hubungan Antara Metode Sejarah dengan Hidup dan Ilmu


       Setiap orang menuliskan sejarahnya sendiri, mereka menuliskan banyak dokumen sejarah potensiil, seperti latihan sekolah, laporan pajak, surat pribadi, surat dinas, dll. Jika satu diantara hl tersebut jatuh ketangan sejarawan yang memiliki minat pada dirinya, tempat dimana ia tinggal, masa ketika ia hidup atau kegiatan yang pernah dilakukannya, dapat dijadikan sebagai suatu sumber pengetahuan, betapapun sedikit dan tidak dapat dipercaya. Misalnya orang-orang yang telah membuang rekening tua yang menyangkut rumah tangga atau perusahaan dalam jaman Mesir Purbakala ribuan tahun yang lalu, sepertinya tidak memikirkan sejarawan jaman sekarang. Namun dari beberapa carik kertas tua mereka (papyrus) sarjana-sarjan sekarang mengetahui banyak mengenai rumah tangga, lembaga-lembaga, cara-cara usaha, harga-harga, dan hidup sehari-hari dari suatu jaman yang telah lampau, yang tanpa kertas-kertas itu akan tetap tidak diketahui.
      Setiap orang bukan saja merupakan seorang sejarawan yang harus menyusun sejarahnya sendiri untuk pengertiannya sendiri (meskipun hsl itu dilakukan hanya di dalam pikirannya saja), tetapi ia juga memiliki kans untuk termasuk diantara mereka yang catatan-catatannya akan menarik minat sejarawan dari masa ratusan atau ribuan tahun yang akan datang dan dengan demikian akan memperoleh keabadian yang mungkin tidak akan diperoleh oleh orang-orang sejamannya yang lebih terkemuka.
      Menulis sejarah bertumpu pada empat kegiatan pokok, yaitu:
  1. pengumpulan obyek yang berasal dari jaman itu dan pengumpulan bahan-bahan tercetak, tertulis, dan lisan yang boleh jadi releven;
  2. menyingkirkan bahan-bahan (atau bagian-bagian daripadanya) yang tidak otentik;
  3. menyimpulkan kesaksian yang dapat dipercaya mengenai bahan-bahan yang otentik;
  4. penyusunan kesaksian yang dapat dipercaya itu menjadi sesuatu kisah atau penyajian yang berarti.
      Keempat langkah tersebut yang biasa kita sebut dengan heuristik atau pengumpulan data (nomor 1); kritik atau verifikasi (nomor 2); interpretasi atau penafsiran (nomor 3); dan historiografi atau penulisan sejarah (nomor 4).
        Sifat dari "Metode Sejarah" yaitu:
  1. Konstan : apakah sejarah itu dianggap sebagai suatu bentuk sastra, suatu cabang daripada ilmu humaniora, suatu ilmu bantu bagi ilmu sosial dan suatu metode untuk lebih mengerti semua seni atau ilmu. Apakah diantaranya, kesemuanya atau tak satupun diantara klasifikasi tersebut benar atau tidak, tidaklah mempengaruhi cara kerja sejarawan untuk menganalisa kesaksian yang ada sebagai bukti yang dapat dipercaya mengenai masa lampau manusia. Namun kita akan melihat bahwa jenis bukti yang dicarinya dan cara ia merangkai-rangkaikannya ada pengaruhnya. Prosedur analitis inilah yang disebut dengan "metode sejarah".
  2. Universal : kata Charles Seignobos: "Sejarah bukanlah suatu ilmu, melainkan suatu metode (procede de connaissance) yang dimaksudkannya ialah bahwa metode sejarah dapat ditrapan kepada pokok pembahasan disiplin manapun sebagai sarana untuk memastikan fakta. Bahkan di dalam disiplin ilmu -ilmu alam, si penyelidik dengan jalan memastikan apa yang dilakukan oleh orang lain pada masa lampau, kadang-kadang dapat menyoroti eksperimen-eksperimen yang dapat diulangi, jika ada harapan sukses dan diubah jika telah menemui kegagalan; sedangkan bagi disiplin ilmu-ilmu lainnya seperti teologi, bisnis, filsafat, sastra, dan ilmu sosial., pengetahuan mengenai asal-usul, preseden, pengalaman sebelumnya, situasi sejarah, analogi dengan masa lampau dan situasi-situasi yang kontras, jela mempunyai nilainya. Kritikus Jerman Gotthold Ephraim Lessing menyatakan: " Tanpa sejarah........ setiap jam kita akan diancam bahaya diperdayakan oleh pembual-pembual bodoh, yang tidak jarang memuji sebagai penemuan baru apa yang telah diketahui dan diyakini oleh manusia beribu-ribu tahun yang lalu. Dengan sejarah kita masih dapat diperdayakan, tapi kita memperoleh kesempatan untuk belajar dari contoh masa lampau. Sejarah merupakan pengalaman yang direkam daripada umat manusia dan orang dapat memperoleh manfaat dari pengalaman dalam setiap bidang pengetahuan. Metode sejarah mempunyai makna yang khusus bagi sejarawan, sejarawan dapat mentrapkan metode sejarah kepada bukti yang diwariskan dari masalampau dan daripadanya mengumpulkan data yang dapat dipercaya sebanyak-banyaknya. Data itu dapat dipergunakan oleh filsuf, sarjana ilmu politik, sarjana sosiologi, kritikus sastra,dsb, untuk menyusun suatu sejarah pemikiran, sejarah lembaga-lembaga poitik, kebiasaan-kebiasaan sosial, atau sastra. Data itu juga dipergunakan oleh sejarawan untuk menyusun deskripsi daripada tokoh dan tempat masa lampau, kisah mengenai peristiwa lampau, penyajian gagasan-gagasan lampau atau sintesa daripada periode dan budaya yang telah lampau.
      Sejarah berhubungan dengan humaniora maupun ilmu-ilmu sosial. Rekonstruksi itu harus dibangun sesuai dengan aturan-aturan tertentu, jika aturan-aturan itu ditrapkan sejarawan tidak hanya akan bertindak secara ilmiah dalam menggunakan metode untuk menyimpulkan data elementer melainkan juga dapat mengusahakan pemakaian prosedur ilmiah dalam usaha menhimpun data.
Sejarah dapat memiliki sifat ilmu-ilmu sosial, tetapi sejarah juga menaruh minat kepada masa lampau demi masa lampau itu sendiri beserta individu manusia.
Sejarawan sebagai ilmu sosial dan sejarawan sebagai ilmiawan humaniora, tidak pmenjadi dua orang yang terpisah, mereka dengan mudah bisa menjadi satu. Dan manfaat dari pada yang satu itu kepadayang lain (baik humaniora ataupun ilmu-ilmu sosial) akan sangat bertambah jika ia tidak bertindak schizophrenis.
      Hubungan antara humaniora dan ilmu-ilmu sosial. Pokok pembahasan yang semestinya daripada kedua bidang itu adalah manusia sebagai makhluk budaya, makhluk intektuil, dan makhluk sosial. Kedua bidang ingin menemukan generalisasi-generalisasi, meskipun ilmiawan sosial biasanya lebih berminat kepada ramalan dan pengendalian, dibandingkan dengan ilmiawan humaniora, yang biasanya lebih berminat kepada contoh yang baik, terlebih lagi yang luar biasa, dibandingkan dengan ilmiawan sosial. Kedua bidang berminat kepada masa lampau, masa kini, dan masa depan, (meskipun ilmiawan humaniora cenderung untuk menitik beratkan diri kepada masa lampau sedangkan ilmiawan sosial lebih menitik beratkan diri kepada masa kini dan masa depan).
      Sejarawan sebagai ilmiawan sosial. kesimpulan bahwa dua jenis sarjana itu terkadang lebih berbeda dalam hal titikberat dan waktu daripada dalam hal pokok pembahasan dan tujuan Sejarawan humaniora tidak perlu, tetapi dapat menjadi ilmiawan sosial bagi masa lampau. Ia tidak perlu menjadi ilmiawan sosial bagi masa lampau, karena cukup terdapat minat kepada masa lampau demi masa lampau itu sendiri, banyak tuntutan akan pemeliharaan warisan budaya, yakni pengalaman, pikiran, adat-istiadat, sopan-santun, agama, lembaga, dll daripada masa lampau, untuk membenarkan sikap ilmiawan humaniora yang ingin mencurahkan dirinya kepada contoh unik, masa-masa yang jauh, atau garis perkembangan khusus. Tetapi ia dapat menghubungkan contoh, wilayah, jaman, dan garis perkembangan itu kepada konsep-konsep dan generalisasi sosial yang lebih luas.
       Tiga cara untuk mempelajari percapaian manusia. Metode kritis analitis, historis-substantif, dan sosial-budaya, dalam hal itu terlalu dibuat-buat dan hanya dapat dibenarkan karena keharusan adanya spesialisasi dan pembagian waktu yang efisien untuk tujuan studi. Pertempuran-pertempuran Napoleon dapat dipelajari sebagai suatu ungkapan dan suatu sebab bagi budaya Eropa dalam abad ke-19 atau sebagai episode-episode dalam sejarah khusus perang atau dengan kritis-analitis mengenai strategi dan taktik bagi masing-masing pertempurannya.
        Minat sejarawan kepada tiga cara. Karena setiap individu mungkin menuliskan sejarahnya sendiri, ia dapat melaitu dengan menempuh jalan yang merupakan kombinasi antara ketiga pendekatan yang dilakukan di atasa, yakni yang bersifat budaya total atau sosiologis, yang spesialisasi dan analitis. Misalnya saja jika ia seorang mahasiswa, ia mungkin menganggap dirinya sebagai hasil daripada semua faktor yang telah mempengaruhi perkembangan masyarakat dan budayanya, atau ia mungkin menempatkan dirinya si dalam sejarah khusus pendidikan, atau ia mungkin mencoba menilai karya dan personalitasnya secara kritis dan analitis.




Sumber: Gottaschalk, Louis. 1986. Mengerti Sejarah. Jakarta: UI-Press.